Monday, November 25, 2013

Artikel Hari Pahlawan



Pahlawan(ku), kini… 




Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa para pahlawannya. pernyataan itu kerap kali terdengar saat pelaksanaan peringatan hari pahlawan. Kemerdekaan yang telah diraih negeri ini tidak semudah membalik telapak tangan. Perjuangan para pahlawan yang telah mecurahkan pemikiran, keringat, bahkan darah tertumpah demi tanah air. Tanggal 10 November inilah momentum untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia berkorban memperjuangkan dan mempertahankan NKRI. 

Setiap tahun negara kita memeringati dan mengenang jasa para pahlawan. Seiring perkembangan zaman, makna penghayatan itu semakin menurun. Peringatan-peringatan itu hanya bersifat seremonial dan seperti kehilangan ruh. Inilah yang harus menjadi perhatian bersama, bahwa Peringatan Hari Pahlawan tidak hanya sekedar acara seremonial semata. Perlu adanya penghayatan dan refleksi atas apa yang telah diperjuangkan para pahlawan.

Fanatisme Kepahlawanan

Kegigihan para pahlawan patut kita teladani dan kita jadikan motivasi serta inspirasi dalam membangun negeri. Heroisme para pahlawan patut kita kenang, sehingga menumbuhkan rasa bangga terhadap jasa-jasa mereka. Inilah yang perlu kita sadari bahwa fanatisme kepahlawanan pada generasi muda sekarang telah luntur tergerus arus globalisasi dan perkembangan zaman. Kecenderungan bersikap hedonis dan hura-hura sepertinya telah menjangkiti generasi muda saat ini. 

Inilah momentum yang tepat untuk terus berjuang demi negara dan membangkitkan kecintaan terhadap bangsa serta melestarikan sikap luhur para pahlawan yang rela berkorban, pantang menyerah, tanpa pamrih, dengan dilandasi jiwa sosial yang tinggi dan semata-mata demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui momentum Peringatan Hari Pahlawan, diharapkan dapat terbangun karakter bangsa yang kuat dan kokoh serta generasi muda yang berjiwa kebangsaan sebagai agent of change (agen perubahan) sekaligus penggerak kemajuan bangsa. Masa depan dan kemajuan sebuah negara tergantung dari generasi penerusnya. Untuk itu, perlunya membangun fanatisme kepahlawanan. 

Pahlawan Masa Kini 

Semangat kepahlawanan perlu kita gelorakan setiap saat. Adalah hal yang pasti bahwa zaman yang berbeda memunculkan generasi penerus yang berbeda pula. Disinilah peran penting generasi muda yang tak akan pernah putus dari rentetan sejarah bangsa ini. Generasi muda khususnya mahasiswa saat ini adalah kaum terpelajar yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih layak. Maka dari itu, diharapkan mereka mampu menjadi penerus perjuangan yang belum sempat tercapai. Mewujudkan cita-cita besar sebagaimana bangsa ini bisa merdeka dari belenggu penindasan kolonial. Inilah waktu yang tepat untuk memberikan gagasan-gagasan besar tentang perubahan, tidak hanya terpaku pada forum diskusi, tetapi ada satu tindakan riil bagaimana melakukan proses transformasi nilai-nilai pancasila terhadap masyarakat. 

Sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya memberikan makna baru dalam kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan kontekstualitas perkembangan zaman. Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum untuk merefleksikan pencapaian kemajuan sebuah negara. Dan disinilah peran generasi muda khususnya mahasiswa sebagai agen perubahan yang harus selalu memantau dan sensitif terhadap perubahan serta kemajuan bangsa dan negara. Gagasan baru dan tindakan konkrit untuk sebuah perubahan mutlak dibutuhkan. Disinilah perlu adanya reaktualisasi dan rekontekstualisasi sesuai dengan tuntutan zaman. Maka dari itu, sudah seharusnya kita menjadi generasi yang cerdas, berinisiatif dan kreatif. 

Oleh karena itu, marilah kita peringati Hari Pahlawan dengan mengedepankan nilai-nilai kepahlawanan demi kemajuan bangsa. Dengan melibatkan semua unsur masyarakat khususnya generasi muda.

Thursday, October 3, 2013

BUKU ILMIAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.SI
Disusun Oleh :
Felga Taufiq Noor (123311016)
Hasiv Sanada (123311017)
Nurul Elmi Auliawati (123311044)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
       I.            PENDAHULUAN
Buku ilmiah adalah karya tulis berupa kumpulan kertas yang berisi informasi, bahan pelajaran, atau pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah penelitian dan pengembangan yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial. Penulisan buku ilmiah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tentu dalam menyusun buku tadi si penulis harus melalui proses yang panjang dan tidak asal asalan dalam menyusun buku ilmiah, agar nantinya dapat menghasilkan suatu karya yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. Buku ilmiah ini dapat terwujud dengan proses dan melalui penelitian secara historis maupun empiris yang dapat di buktikan kesahihannya.
Biku ilmiah disusun berdasarkan pengalaman dan pengambilan data dari lapangan secara langsung. Jadi buku ilmiah dapat mengambarkan keadaan yang sesuai dengan lapangan, atau yang terjadi di masyarakat.
Kami akan mencoba memaparkan tentang buku ilmiah yang kita sudah tidak asing dengan buku ilmiah itu tadi.

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.Apakah pengertian buku ilmiah?
2. Apakah tujuan penulisan buku ilmiyah?
3. Apakah ruang lingkup buku ilmiah?
4. Apa saja langkah-langkah penyusunan buku ilmiah?
5. Contoh-contoh buku ilmiah?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Buku Ilmiah
Kata “buku” dalam bahasa Indonesia memiliki persamaan dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Yunani disebut “biblos”, dalam bahasa Inggris disebut “book”, dan dalam bahasa Belanda disebut “boek”, dan dalam bahasa Jerman adalah “das Buch”. Semua kata dasarnya diawali dengan huruf “b” sehingga besar kemungkinan semuanya berasal dari akar kata yang sama, yaitu dari bahasa Yunani. Kalau dilihat dalam kamus masing-masing bahasa yang menggunakannya, kata itu pada hakikatnya memiliki makna yang sama dan dipergunakan untuk benda yang sama,yaitu kumpulan kertas yang dijilid.
Ensiklopedia Indonesia (1980: 538) menjelaskan, “Dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papirus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya : berupa gulungan, dilubangi dan diikat atau dijilid muka dan belakangnya dengan kulit, kain, karton dan kayu”. Penjelasan buku yang demikian bermakna sangat luas. Buku tidak hanya merupakan kumpulan kertas, tetapi juga bisa lembaran papirus, lontar dan perkamen serta tidak hanya dalam bentuk yang terjilid, tetapi juga dapat berwujud gulungan.
Andriese, dkk. (1993: 16-17) menjelaskan buku dengan lebih sederhana dengan mengatakan “...informasi tercetak diatas kertas yang dijilid menjadi satu kesatuan”. Dengan pengertian yang demikian, buku memiliki empat sifat pokok, yaitu (1) berisi informasi, (2) informasi itu ditampilkan dalam wujud cetakan, (3) media yang dipergunakan adalah kertas, dan (4) lembaran-lembaran kertas itu dijilid dalam bentuk satu kesatuan. UNESCO (1964) sebagaiman dikutip oleh Andriese dkk. Mendefinisikan buku sebagai “...publikasi cetak, bukan berkala, yang sedikitnya sebanyak 49 halaman.” Definisi ini memberikan penekanan buku sebagai suatu hasil terbitan yang bukan berkala, seperti majalah dengan jumlah halaman paling sedikit 49. Tidak begitu jelas pembatasan jumlah halaman ini, karena dengan pembatasan demikian, buku untuk persekolahan ( taman kanak-kanak dan kelompok bermain ) yang umumnya kurang dari 49 halaman dan tidak terbit secara berskala, tidak dapat disebut buku.
Walaupun rumusan definisi buku berbeda-beda, tetapi terdapat hal-hal yang sama, seperti mengandung informasi, tercetak, dijilid dan diterbitkan. Mengacu pada ciri-ciri yang sama itu, dalam uraian berikut ini yang dimaksud dengan buku adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain. Sedangkan ilmiah berarti keilmuan, ilmu pengetahuan (sains). Dari uraian tersebut maka dapat didefinisikan bahwa buku ilmiah adalah karya tulis berupa kumpulan kertas yang berisi informasi, bahan pelajaran, atau pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah penelitian dan pengembangan yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial. Penulisan buku ilmiah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Buku tersebut dapat berupa buku pelajaran, buku pedoman, modul, diktat dan karya terjemahan.1
B.     Tujuan Buku Ilmiah
Tujuan Penulisan Buku Ilmiah yaitu terdapat dua:
a.       Tujuan umum
Menambah wawasan kita semua sebagai Mahasiswa fakultas Tarbiyah, yang nantinya didesain sebagai calon pendidik.
b.      Tujuan khusus
Secara khusus tujuan khusus teknik bukuilmiyah adalah :
a.       Agar para mahasiswa dapat memahami pengertian buku ilmiyah dan mampu menyusunnya dan mampu mengetahui teknik penulisan ilmiyah yang telah di tetapkan.
b.      Agar para mahasiswa mengetahui langkah–langkah yang harus di lakukan dalam pembuatan buku ilmiyah.
c.       Agar para mahasiswa mengetahui lebih jauh contoh–contoh buku ilmiyah yang lain, selain buku pelajaran atau buku pegangan.2
Manfaat buku Ilmiah:
1.      Melatih untuk mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif.
2.      Melatih untuk mengganbungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
3.      Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
4.      Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
5.      Memperoleh kepuasan intelektual.
6.      Memperluascakrawalailmupengetahuan.
Buku Ilmiah adalah suatuproduk dari kegiatan ilmiah.Memberikan produk Ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah. Dalam pembuatan buku ilmiah harus sesuai kaidah-kaidah yang sesuai dengan aturan dalam penulis buku ilmiah.3
Bagi penulis yang profesional keuntungan yang paling besar dan berharga dari semua karyanya adalah jika Ia menemukan kebenaran ilmiah kemudian dibekukan dalam sebuah buku ilmiah, yang bertujuan untuk4:
a.       Pengakuan scientific objektive untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dengan menerapkan teori-teori baru yang shahih serta terandalkan.
b.      Pengakuan practicial objektive guna membantu pemecahan problema praktisi yang mendesak.
C.     Ruang Lingkup Buku Ilmiah
Ruang lingkup merupakan cakupan yang meliputi isi atau hal-hal yang terdapat dalam buku ilmiah yang digunakan untuk menyusun buku ilmiah. Berikut ini uraian mengenai ruang lingkup buku ilmiah :
1.      Menggunakan rumus 2W+1H+2W (What, Why, How, When dan Where).
·         What
Pertanyaan itu diarahkan juga terhadap tema yang akan diuraikannya. Penulis harus memecah topik itu kedalam berbagai sub topik, kemudian dibahas berdasarkan tema. Disinilah penulis mulai merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat,dan kalimat menjadi paragraf. Dari keseluruhan paragraf lahirlah sebuah sub bab, kemudian menjadi bab dalam buku.
·         Why
Pertanyaan ini berkenaan dengan alasan, latar belakang dan pemikiran seorang penulis. Mengapa suatu topik, judul dan tema itu ditulis? sebuah tulisan tidak lahir begitu saja, biasannya selalu ada keterkaitan atau ketertarikan seorang penulis tentang sesuatu yang selama ini dihadapinya. Sesuatu itu ditulis, mungkin saja akan bermanfaat bila ditulis kedalam bentuk buku atau tulisan yang dianggap bermanfaat bagi masyarakat dan dunia akademis. Berbagai alasan dapat dikemukakan penulis untuk membuktikan bahwa masalah tersebut ditulis karena sangat problematis secara akademis.
·         How
Pertanyaan ini selalu berkaitan dengan sifat, model, dan metode penulisan. Buku yang ditulis bisa berbeda tujuan, sifat dan modelnya, perbedaan itu akan berpengaruh terhadap model dan metode penulisan. Penulisan buku ilmiah tidak bisa bebas seperti menulis buku fiksi atau buku non ilmiah. Untuk menghasilkan buku tidak cukup dengan rumus 2W+1H yang sangat berkaitan dengan penulisan buku, tapi perlu ditambah lagi dengan 2W untuk meningkatkan frekuensi penulisannya.
·         When
Pertanyaan ini berhubungan dengan waktu. Pertanyaan ini juga mesti diartikan sebagai momentum bagi seorang penulis. Kehilangan momentum sama dengan kehilangan saat-saat yang sangat menentukan bagi seorang penulis. Menulis sesuatu yang tidak tepat momentumnya akan kehilangan daya tarik tulisannya. Momentum dapat berkaitan dengan peristiwa, data, fakta dan gairah pembaca.
·         Where
Pertanyaan ini tidak terlalu penting bagi seorang penulis, karena tidak menentukan isi tulisan. Namun pertanyaan ini boleh juga sangat penting jika seseorang ingin dianggap sebagai penulis produktif. Seorang penulis produktif tidak mengenal lingkungan tempat untuk menulis, dimana saja akan tetap dan terus menulis. Kalau tidak menulis ia akan membaca untuk dituliskannya dimana ada kesempatan bisa menulis.
2.      Gagasan secara tematis, adalah menyangkut isi atau materi kajian /bahasan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil penelusuran , analisis, teori dan pendapat para ahli,
3.      Tata Bahasa , yang akan mendukung lebih indahnya buku ilmiah itu untuk dinikmati oleh pembaca, agar mudah dipahami.
4.      Rangkaian huruf, suku kata, kata, frasa, dan klausa
5.      Struktur kalimat dari sebuah kata yang mengandung frasa dan klausa tersebut membentuk suatu kalimat.
6.      Pengembangan paragraph,paragraph selalu di sepadan kan dengan kata alinea.ini di artikan sebagai “seperangkat kalimat tersusun logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan.5
D.    Langkah Penulisan Buku Ilmiah.
Dalam menyusun buku ilmiah penulis harus melewati bererapa langkah, diatara langkah-langkah itu adalah:
1.      Menyiapkan tema.
Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Tema yang baik apabila diuraikan secara runtut berdasarkan pola-pola yang deskriptif, narative, ekposisife, argumentatife dan persuasife. Sedangkan tema yang kurang baik adalah tema yang menggunakan pemikiran yang kabur dan meloncat-loncat, tidak jelas arahnya sehingga menyulitkan pembaca.6
2.      Menentukan topik
Langkah yang selanjutnya adalah menentukan topik yang dimana topik merupakan pokok pembahasan yang dapat diartikan sebagai pembidangan suatu kajian. Penulisan topik harus:menarik bagi si pembaca maupun penulis itu sendiri,dan secara substansional harus dikuasai penulis.7
3.      Merumuskan judul.
Judul merupakan perakat antara topic dan tema yang akan ditulis. Judul dalam sebuah tulisan merupakan daya tarik yang dapat memikat pembaca, oleh karena itu judul harus ditulis dengan menarik, padat, tidak multi tafsir dan mesti mewakili topic dan tema suatu tilisan. Perumusan judul dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, secara teoritis sebelum membuat judul, penulis harus merumuskan masalah lebih dahulu dengan mendidentifikasi permasalahan yang akan ditulis sesuai dengan topic dan tema tulisan. Kedua, membuat judul lebih dahulu sesuai dengan topic penulisan kemudian menguraikan kedalam tema tulisan.8
Sampai sekarang banyak yang belum bisa membedakan antara judul dan topik, mereka menggangap judul itu sama dengan topik. Angapan itu salah karena judul sangat berbeda dengan topik. Judul adalah kepala, sedangkan topic adalah pokok-pokok. Permasalahan yang akan dijadikan obyek dalam penelitian sebagai bahan utama penulisan, jadi topik bisa diangkat menjadi judul, tetapi sebaliknya judul bukan merupakan suatu bahasan.
4.      Menyiapkan Ragangan
Setelah ragangan itu dirumuskan dalam temam topic dan judul tulisan, langkah berikutnya gagasan itu harus dirumuskan kembali dalam bentuk ragangan atau out-line. Ragangan adalah rencana teratur dalam pembagian dan penyusunan gagasan. Dengan fungsi utamanya adalah untuk menentukan diantara gagasan yang ada. Ragangan disebut juga kerangka karangan yang berarti rencana suatu rencana kerja, yang membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.9
5.      Menyiapkan Sumber Penulisan
Bila seorang penulis telah menemukan gagasan, kemudian merumuskanya dalam bentuk tema, topic, dan judul serta ragangan, maka langkah berikutnya untuk menulis buku ilmiah adalah menyiapkan sumber penulisan. Sumber itu dapat dikumpulkan melalui sejumlah bahan pustaka/referensi/rujukanuntuk menghimpun informasi, data fakta pendukung.10
6.      Mulai Menulis
Setelah semua langkah selesai barulah mulai menuliskan apa yang telah Ia dapat kan melalui berbagai media baik itu kepustakan atau dia dapatkan langsung dari lapangan,sehingga karyanya dapat segera di baca oleh banyak orang dan menimbulkan reaksi positif dari semua orang.
Tapi perlu diingat karya yang dihasilkan harus bersifat ilmiah dan belum pernah dipublikasikan pada media yang pernah membahas masalah yang sama persis.11
E.     Contoh-Contoh Buku Ilmiah
1.      Buku pelajaran
Pengertian buku teks telah dikemukakan oleh banyak ahli. Tarigan (1993: 11-13) menyimpulkan:
a.       Jenjang Buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditunjukan bagi siswa pada g pendidikan tertentu.
b.      Buku teks itu selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu.
c.       Buku teks itu selalu menampilkan buku yang standard
d.      Buku teks itu biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar
e.       Buku teks itu ditulis untuk tujuan pembelajaran tertentu
f.       Buku teks biasanya juga dilengkapi dengan sarana pembelajaran
g.      Buku teks selalu ditulis untuk menunjang sesuatu progam pembelajaran.
Menurut Kamarudin (1999:1). Bahan ajar bukan sekadar alat bagi guru untuk mengajarkan siswa. Namun, yang lebih penting ialah buku sebagai sumber yang digunakan siswa agar ia belajar. Bahan ajar umumnya dikemas dalam buku pelajaran atau buku teks. Buku teks hendaknya terpaut kurikulum yang dioprasikan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Buku teks yang digunakan seyogianya mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2.      Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri karena didalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajarsecara langsung. Bahasa, pola dan kelengkapan sifat lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang melakukan pengajaran pada murid-muridnya. Maka dari itulah media ini sering disebut bahan intruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung member pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:
A.       Self Instructional;
yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus;
a)      berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
b)      berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas.
c)      menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran.
d)     menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya
e)      kontekstual yaitu materi- materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.
f)       menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
g)      terdapat rangkuman materi pembelajaran
h)      terdapat instrument penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan ‘self assessment.
i)        terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi.
j)        terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi;
k)      tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

B.       Self Contained
yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.

C.       Stand Alone (berdiri sendiri);
yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

D.    Adaptive;
modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

E.        User Friendly;
modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan, pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

3.      Diktat
Ciri-ciri Buku Diktat :
1.      Diktat umumnya di susun oleh guru untuk mengajar keperluan sendiri.
2.      Diperbanyak dan diedarkan secara terbatas.
3.      Cakupan isi diktat menyelirihakan tetapi singkat.
4.      Cakupan banyak Diktat setelah di sempurnakan akhirnyan menjadi buku pelajaran. Sehingga serinng di katakan diktat adalah calon buku pelajaran.

4.      Terjemah
Syarat menjadi seorang penerjemah:
a.       Menguasai materi yang akan diterjemahkan
b.      Menguasai bahasa asing (bahasa sumber)
c.       Menguasai bahasa Indonesia (atau bahasa penerima)
d.      Menguasai teknik penerjemahan.12

 IV.            KESIMPULAN
Buku ilmiah adalah karya tulis berupa kumpulan kertas yang berisi informasi, bahan pelajaran, atau pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah penelitian dan pengembangan yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial. Penulisan buku ilmiah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Buku tersebut dapat berupa buku pelajaran, buku pedoman, modul, diktat dan karya terjemahan.
Tujuan penulisan Buku Ilmiah meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum penulisan buku ilmiah adalah Menambah wawasan kita semua sebagai Mahasiswa fakultas Tarbiyah, yang nantinya didesain sebagai calon pendidik. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
a.       Agar para mahasiswa dapat memahami pengertian buku ilmiyah dan mampu menyusunnya dan mampu mengetahui teknik penulisan ilmiyah yang telah di tetapkan.
b.      Agar para mahasiswa mengetahui langkah–langkah yang harus di lakukan dalam pembuatan buku ilmiyah.
c.       Agar para mahasiswa mengetahui lebih jauh contoh–contoh buku ilmiyah yang lain, selain buku pelajaran atau buku pegangan.
Dalam penulisan buku ilmiah juga terdapat ruang lingkup yang merupakan cakupan isi dari buku itu sendiri,yang meliputi: penggunaan rumus 2W+1H+2W (What, Why, How, When dan Where), gagasan secara tematis, tata bahasa, rangkaian huruf, struktur kalimat, dan pengembangan paragraf.
Dalam menyusun buku ilmiah penulis harus melewati bererapa langkah, diatara langkah-langkah itu adalah: menyiapkan tema, menentukan topik, merumuskan judul, menyiapkan ragangan, menyiapkan sumber penulisan baru kemudian mulai menulis. Contoh-contoh buku ilmiah yaitu buku pelajaran, Modul, Diktat dan buku terjemahan.

    V.            PENUTUP
Demikian uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat. Kami pemakalah mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami yang selanjutnya.
Akhirulkallam wabillahitaufiq walhidayah

Footnonte:
1 B.P Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2012) hal 10
2 Jonathan Sarwono, Pintar Menulis karangan Ilmiah, (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010) hal 3
 3 Dalman, Menulis Karya Ilmiah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) hal 32-35
 4 Totok djuroto,bambang supriyadi, menulis artikel ilmiah(Bandung:pt remaja rosda karya,2009)hml, 17-19
5 A. Rahmat Rosyadi, menjadi penulis profesional itu mudah, (bogor: Ghalia Indonesi, 2008) hml 40-50
6 opcit, menjadi penulis profesional itu mudah hlm. 28
7 Ibid, hlm. 30
8 Ibid, hml. 31
9 Ibid hml, 33
10 Ibid hml 37
11 H, Bahdin nur tanjung, pedoman penulisan karya ilmiah (jakarta:kencana,2005) hml 256
12 Bisri Mustofadan Tin Tisnawati, Teknik Menulis Buku Ilmiah, (Semarang:CV. Ghyas Putra,2010) hal 109-112.

DAFTAR PUSTAKA
Sitepu, B.P, Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2012
Sarwono, Jonathan, Pintar Menulis karangan Ilmiah, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010
Dalman, Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012
Djuroto, Totok, supriyadi, bambang, menulis artikel ilmiah, Bandung:pt remaja rosdakarya, 2009
Rosyadi, A. Rahmat, Menjadi Penulis Profesional itu mudah, Bogor: Ghalia Indonesi, 2008
Tanjung, H, Bahdin nur Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, jakarta: kencana, 2005
Mustofa Bisri, Trisnawati Tin, Teknik Menulis Buku Ilmiah, Semarang: CV. Ghyas Putra,2010

BIODATA PEMAKALAH
Nama : Felga Taufiq Noor
NIM : 123311044
Prodi : Kependidikan Islam
TTL : Temanggung, 18 Mei 1994
Pendidikan SD-S1 :
·         MI Yasi Permas Purwodadi
·         MTs N Kudus
·         MAN 1 Semarang
·         IAIN Walisongo Semarang
Alamat : Nadri, RT. 03 RW. 06, Katekan, Grobogan
CP : 085741616988
Email : Felgataufiq_noor@yahoo.co.id

Nama : Hasiv Sanada
NIM : 123311019
Prodi : Kependidikan Islam
TTL : Kendal, 12 Agustus
Pendidikan SD-S1:
·         SDN 1 Tambakrejo Kendal
·         MTs Al- Muttaqien Klaten
·         SMA Al- Hidayah Kendal
·         IAIN Walisongo Semarang
Alamat : Ds. Tambakrejo, RT. 01 RW. 02, Kec. Patebon, Kendal
CP : 085742950466
Nama : Nurul Elmi Auliawati
NIM : 123311044
Prodi : Kependidikan Islam
TTL : Bojonegoro, 11 Mei 1994
Pendidikan SD-S1 :
·         SDN Napis II Bojonegoro
·         MTs N 1 Bojonegoro
·         MAN 1 Model Bojonegoro
·         IAIN Walisongo Semarang
Alamat : Ds. Napis, RT. 09 RW. 01, Tambakrejo, Bojonegoro
CP : 08563137381
Email : Nurulelmi_aw@yahoo.co.id


Monday, July 8, 2013

Laporan Field Research di Museum Ronggowarsito

KERIS
Laporan Study Field di Museum Ronggowarsito
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M. Si
Disusun Oleh:
Luthfiyatul Hiqmah                (113511048)
Laila Akbar Ramadhany         (123511046)
Nurul Elmi Auliawati              (123311044)
Dhillan Azaly Al-Farozy         (123311013)
Luqmanul Hakim                    (123311024)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Keris merupakan senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata tradisional tersebut. Pada zaman dahulu ketika masa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, para pemimpin dan pejuang bangsa sudah menggunakan keris sebagai senjata perang melawan penjajah.
Seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat Jawa tidak atau kurang mengetahui sejarah keris, makna sebenarnya (filosofi) sebuah keris, fungsi-fungsi keris dan bagaimana menempatkan keris dengan tepat sehingga banyak yang disalahgunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.        Apa arti sebuah keris dalam kehidupan manusia?
2.        Bagaimana proses pembuatan keris?
3.        Apa saja jenis-jenis keris?
4.        Bagaimana cara pelestariannya?
BAB II
HASIL PENGAMATAN DI MUSEUM RONGGOWARSITO
1.             Arti Sebuah keris dalam Kehidupan Manusia
Keris sebagai adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, baik yang tersirat maupun tersurat. Bagi masyarakat jawa, ia menjadi piyandel yang terkait erat dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan bukan berisi tentang sesuatu yang pantas disembah atau dipuja, tetapi suatu wahana yang berwujud (wadag) yang berisi doa, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup) masyarakat Jawa yang termaktub dalam “ sangka parang dumadi-sangka paraning pambudi-manungaling kawulo Gusti”. Piwulang-piweling ini terroemulasi dalam sebuah benda buatan yang disebut dengan keris atau tombak.
Basuki Teguh Yuwono melihat arti sebuah keris bagi manusia adalah sebagai berikut :
a.    Keris sebagai senjata
Hal ini terkait dengan keberadaan manusia dalam rangka mempertahankan kehidupannya, baik secara fisik maupun sosial budayanya.
b.    Keris sebagai lambang
Keris dengan segala kelenggkapannya merupakan salah satu penanda identitas pribadi dari pemiliknya.
c.    Keris sebagai atribut
Keris meruakan pelengkap atribut pakaian. Melalui atribut yan dipakai seseorang maka dapat diketahui status sosial dan drajatnya di tengah masyarakat. Di masyarakat Jawa, ada pepatah yang menyatakan bahwa bila berbusana adat tanpa memekai keris ibarat telanjang.
d.   Keris sebagai media ekspresi seni
Kitab “kawalang“ menyatakan bahwa masyarakat Jawa merupakan pemuja keindahan. Hasil imajinasi dan keindahan pola pikir para Empudituangkan dalam sebuah karya adi luhung berupa keris.
e.    Keris sebagai benda bertuah
Keris dipercaya memiliki tuah yang dapat mendukung kehidupan pemiliknya. Keris dipercaya memiliki daya magis sehingga sangat besar berpengaruh sugesti terhadap kehidupan pemiliknya.
f.     Keris sebagai benda koleksi
Keris merupakan karya seni bernilai tinggi sehingga menjadi salah satu benda koleksi yang mencerminkan kelas sosial pemiliknya.
2.             Proses Pembuatan Keris
Proses pembuatan keris dan tosan aji lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh  dengan cara kerja pandai besi dalam membuat cankul, arit, atau pisau dapur. Proses pembuatan keris dari awal hingga finishing lebih dari dua puluh tahapan. Pekerjaan pertama yang harus disiapkan adalah segaja jenis bahan baku, peralatan dan sarana untuk pekerjaan.  bahan baku, peralatan dan sarana antara lain adalah :
a.    Besalen : tempat kerja, brngkel kerja atau workshop.
b.    Peralatan kerja, berupa ububan dan paron atau besi landasan tempa, palu besar dan palu kecil untuk empu, cabit, gergaji besi, pahat besi, balu dan berbagai macam kikir.
c.    Panjak atau tenaga pembantu, arang kayu jati kualitas terbaik.
d.   Bahan baku keris yang berupa :
-  Besi tempa sekitar 12 kg (untuk keris lurus) sampai 18kg (untuk keris luk)
-  Baja
-  Bahan pamor
Pertama-tama yang dikerjakan adalah bahan besinya. Proses pembersihan besi tempa ini atau yang dikenal dengan masuh atau mbesot. Proses ini dilakukan dengan cara besi dipanaskan dan ditempa secara terus menerus. Setelah besi menjadi panjang, besi tempa yang membara itu ditekuk sehingga membentuk huruf U. penempatan diteruskan pada sisi-sisi tekukan sehingga kedua tekukan itu menempel satu sama lain terus menerus. Setiap kali menekuk berarti jumlah lapisan pada besi itu bertambah.pada lekukan pertama, pamornya dua lapis.pada lekukan kedua pamor dan besinya menjadi enam lapisan pamor. Untuk kualitas baik, lapisan pamor pada besi bisa sampai ratusan jumlahnya. Dan begitu pula untuk yang kualitas istimewa, lapisan atau lekukannya bisa sampai ribuan. Besi tempa yang telah berlapis pamor disebut saton.
Tahap selanjutnya adalah memotong saton menjadi dua bagian dengan sama panjang. Kedua potongan saton lalu ditumpuk dan ditengahnya disisipkan lempengan baja tipis. Setelah saton dan bahan melekat erat satu sama yang lain, selanjutnya digergaji menjadi bentuk kodokan. Kodokan inilah yang selanjutnya ditempa lagi menjadi calonan. Yaitu, kodokan yang sudah dibentuk seperti keris. Dalam pembuatan calonan tergantung dari keris yang akan dibuat, apakah keris lurus atau keris luk. Setelah calonan keris sudah selesai, tahap selanjutnya adalah anggrabahi yaitu menjadikan keris sempurna dengan tambahan membuat kembang kacangnya, membuat jalennya, sogokannya, kruwingan dan sebagainya. Agar sempurna maka keris dihaluskan serta diberi warangka beserta aksesorisnya.
3.             Jenis-Jenis Keris
Keris adalah senjata tajam yang memang memiliki jenis yang beragam dan memiliki nama yang beragam pula. Dari berbagai jenis nama yang ada pada keris, pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
a.              Keris lajer
Keris lajer adalah keris yang memiliki bentuk lurus saja. Pada jaman dahulu keris lajer digunakan oleh para senopati kerajaan.
b.             Keris Luk
Keris luk selalu dinamakan sesuai dengan jumlah luk yang ada di bilahnya.  Pada bawah luk terdapat hiasan yang berupa pahatan dengan bentuk gambar yang bisa disesuaikan dengan keinginan sang empu.
Dari jumlah luk yang ada, yaitu luk 3, luk 5, luk 7, luk 9, luk 13, luk 15, luk 17, luk 19, luk 21, luk 25, luk 27 dan luk 29. Luk 23 tidak ada dalam sejarah pembuatan keris.[1]
Contoh Keris :
1)   Dapur       : Brojol. Pamor : Pedaringan Kebak. Tangguh : PB. Rangka: Gayaman Solo. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
2)   Dapur : Brojol. Pamor : Junjung Drajat. tangguh: mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
3)   Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit Semongko. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
4)   Dapur : Brojol. Pamor : Ngulit Semongko. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang.
5)   Dapur : Brojol. Pamor : Nyanak. Tangguh : Mataram. Rangka   : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
Keris Jaka (Kendal)
Keris dapur Jaka Lola dengan ricikan satu sogokan di depan, grendeng, ujung gunung, berpamor kulit semangka. Fungsi untuk senjata dan melancarkan rezeki.
1)   Dapur : Parungsari. Pamor           : Wengkon Isi. Tangguh : Medura. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal:Semarang
2)   Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan Kemalon. Asal : Semarang
3)   Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal    : Semarang
Pedang kayu setigi
Kepedulian terhadap benda budaya yang adi luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Pemilik menitipkan ke museum keris. Dibuat dari kayu setigi yang hidup di pulau Karimunjawa. Fungsi untuk senjata dan kekuatan. Asal : Semarang
1)   Dapur : Bakung. Pamor : Nyamak. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Jogja. Pendhok : Buthon. Asal : Semarang
2)   Kepedulian terhadap benda budaya yang adi luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Asal: semarang
3)   Dapur : Sengkelas. Pamor : -. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buthon. Asal : Semarang
1)   Keris Naga Leman
Keris berdapur naga leman karena bentuknya seperti naga yang tangguh. Fungsinya untuk senjata dan kebijakan
2)   Keris Tilam Upih (Semarang) Keris berdapur tilam upih , tangguh majapahit, buatan empu Djigjo. pamor keleng, berfungsi untuk senjata, tolak balak dan keselamatan.
 Keris Jamang
Keris berdapur jamang dengan ricikan sopokan pendek, belah bertingkat pamor kulit semangka. Keris berwarangka ladrang. Fungsi untuk senjata, kewibawaan dan keselamatan.
Dapur : Jangkung Cinarita. Pamor : Segara Muncar. Tangguh : HB. Rangka : Landrang Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
1)   Dapur       : Parung Sari. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : HB. Rangka :Landrang. Pendhok : Topengan. Asal : Semarang
2)   Dapur : Sengkelat. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : HB. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buton. Asal : Semarang
Dapur : Brojol. Pamor      : Junjung Drajat. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buton. Asal : Semarang
Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit Semangka. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
Dapur       : Sabuk Tampar. Pamor : Wos Wulan Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : blewahan. Asal : Semarang
Blawongan (Jepara)
Tempat  keris yang menempel di dinding ini berukir motif wayang ini terbuat dari kayu jati. Keris yang ada berwarangka gayaman gaya. Yogyakarta sebelah kiri dan gayaman Surakarta sebelah kanan.
1)   Warangka Ladrang (Semarang)
Tiga buah keris dengan warangka ladrang gaya surakarta, beserta pendok, gorok dari lempengan kuningan, berberdiri diatas ploncor berukir motif tumbuhan dengan warna kayu hitam. Gagang keris berbentuk manusia khas ukiran gaya surakarta.
2)   Warangka Gayaman (Surakarta)
Warangka gayaman keris bergaya Yogyakarta dengan pendok, glorok dari kuningan bermotif suluran, timbul, dan di sebelah kanan keris, berwarangka gayaman, gaya surakarta, warna dari kayu sonokeling, pendoknya dilapisi logam tipis warna putih.
Keris Kidangsoka (Semarang)
Keris Kidangsoka berluk Sembilan, dengan Sengkelat berluk 13 berpamor kulit semangka, memiliki bilah tebal dan gagang berukir khas Surakarta Warangkanya ladrang berslorok kuningan motif saluran. Fungsi senjata, kewibawaan.
1)   Keris Pena (Semarang)
Keris sebagai ageman, dapat disamarkan bentuknya. Salah satunya keris dengan bilah kecil berbentuk pena. Selain memiliki fungsi sebagai pena, ujung yang lain merupakan bilah keris. Fungsinya untuk keselamatan atau ajian.
2)   Keris Tilam Upih (Semarang)
Keris lajer, berdapur tilam upih, berpamor kulit semongko, bilah agak tebal. Keris berwarangka gayaman dengan blewah slorok dari kuningan. Pegangan keris berbentuk manusia gaya Surakarta. Fungsi eskoterinya adalah kekayaan dan disegani orang.
Pedang Suduk (Semarang)
Pedang panjang dengan bilah agak panjang berpamor Punakawan Pendawa Lima dengan gagang dari kayu berbentuk kepala manusia secara sederhana. Sarung pedang terbuat dari kayu. Bagian atas terdapat lapisan pelipit dari lempengan kuningan.
Keris Nogorojo luk 13 (Semarang)
Keris luk 13
berdapur Nagaraja berpamor tinatah. Ragam hias ular. Setiap luk terdapat lubang. Dahulu lubang tersebut berisi inten atau emas. Fungsi inten atau emas tersebut adalah untuk meredam sifat galak dari keris. Warangka berbentuk ladrang ber slorok kuningan.
Keris Naga (Semarang)
Keris lajer ini berdapur naga menghadap ke kiri dan ekornya menjulur ke ujungkeris. Mendoknya terbuat dari perak motif karangan bertahta inten. Warangka berbentuk ladrang dengan dilapisi stiker warna merah. Gagangnya berukir gaya surakarta.
Plocon (Semarang)
Tempat keris ini berukir naga pada kedua sisinya dengan bagian kepala bawah badan menjulur ke atas. Bagian tengahnya terdapat lobang untuk tempat keris.
Keris Lajer (Semarang)
Keris lajer berbilah agak tebal. Pendoknya ada meniran. Warangkanya gayaman serta terdapat gambar timbul ayam.
1)   Keris Putut (Rembang)
Keris Putut berjenis lajer merupakan ageman Sunan Bonang. Bagian gagang berbentuk manusia. Dahulu dimiliki Ibu Suhartati dari rembang. Eksotaris keris adalah untuk selamatan.
2)   Keris Budo (Rembang)
Keris cukup tua jaman Majapahitan, dulu pegangan Sunan Bonang yang dimiliki Ibu Suharti dari rembang.
Keris Semar Kuncung (Semarang)
Keris berbentuk semar berkuncung dengan pakaian motif kawung. Eksoterinya kebijaksanaan dan cinta kasih.
Keris Budo (Magelang)
Keris berbentuk lajer dengan dapur Bethok, termasuk jenis keris tua atau budo. Eksoteris adalah meredam  kekuatan keris lain yang menyerang pemilik atau keluarganya.
 
4.             Cara Pelestariaan Keris
Keris sebagai karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia. Keris dengan segala aspekya telah menjadi slah satu pedoman berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Oleh karena itu, dunia perkerisan telah berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya. Nilai sebuah keris yang tersirat maupun yang tersurat begitu indah dan agung, kini mulai surut dan tersingkirkan. Tata nilai dalam perkerisan seringkali dipandang dari satu sisi saja dan tidak secara utuh, bahkan cendurung berisifat mistis yang ditonjolkannya. Sehingga hal ini terjadi pembiasaan pemahaman. Peringatan para leluhur tentang hal berbunyi: “Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging Gusti kang pinuju.”
Janji bukan jimat melainkan keagungan Tuhanlah yang mesti diluhurkan. Oleh karena itu selayaknyalah pengetahuan dan informasi tentang keris dibuka selebarnya kepada masyarakat luas agar mereka dapat memahami sebagaimana mestinya. Selain itu, kecintaan dan kebanggaan dari masyarakat terhadap keris sangat dibutuhkan. Sebab melalui hal itu, mereka akan terdorong untuk melestarikan buah karya adi luhung nenek moyang kita.
BAB IV
ANALISIS BUDAYA JAWA
Keris merupakan senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata tradisional tersebut.
Keris yang pada zaman dahulu umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan persenjataan perang maupun ritual-ritual atau upacara kepercayaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, masyarakat lebih cenderung menggunakan keris  hanya sebagai  menjadi pelengkap pakaian adat (ageman) seperti dalam acara pernikahan. Kalau pun masih ada yang menggunakan keris untuk keperluan ritual magis itu sudah jarang.
Sebagai masyarakat yang menghargai budaya dan tradisi, seharusnya juga mengerti dan paham tentang budaya dan tradisi-tradisi yang ada di daerahnya sendiri seperti keris yang memerlukan kelestarian tersendiri agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin maju.
BAB IV
KESIMPULAN
Hasil pengamatan kami di museum Ronggowarsito, kami menyimpulkan bahwa Keris sebagai karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia. Keris dengan segala aspekya telah menjadi salah satu pedoman berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Di dunia perkerisan telah berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya. Oleh karena itu, selayaknya kita menjaganya, dan meninformasikan kepada masyarakat tentang keris, sehingga mereka terdorong untuk melestarikan benda leluhur itu.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan study field di Museum Ronggowarsito yang dapat kami susun. Kami meminta maaf apabila ada kekurangan atau terjadi kesalahan baik dalam sistematika penulisan maupun mengenai isi laporan. Kami menyadari sebagai manusia biasa memang tidak bisa luput dari kesalahan tidak terkecuali dengan laporan yang telah kami buat. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas, Ragil. Mengenal Keris Senjata Magis Masyarakat Jawa. Yogyakarta : Narasi. 2002