Kesiapan
dan Persiapan Menuju UIN Walisongo
Transformasi IAIN menuju UIN bukan
lagi sekedar wacana. Agenda ini memang telah lama dimulai. Namun, tidak semua
IAIN bertransformasi menjadi UIN secara bersamaan. Inilah yang terjadi pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, yang
akan segera menyongsong dan menyandang predikat baru menjadi UIN Walisongo.
Berbagai persiapan telah dilakukan dalam beberapa tahun ini. Berbeda dengan,
misalkan UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah yang telah terlebih dahulu
menjadi UIN yang sebelumnya juga IAIN.
Proses transformasi menjadi UIN
memang memakan waktu yang panjang. Karena perubahan IAIN menjadi UIN bukan
hanya sekedar pada perubahan nama, akan tetapi meliputi banyak hal yang sangat urgent dan banyak hal yang harus
dipertimbangkan, diantaranya adalah tenaga pengajar, fasilitas dan sarana,
dana, konsep keilmuan, dan banyak lagi yang lain.
Dimulai dari peningkatan mutu atau
standar mutu pendidikan, meliputi kurikulum yang diperbarui yang sesuai dengan
keilmuan yang berkembang. Inilah salah satu hal yang mendasari konversi IAIN
menjadi UIN. Bahwa konsep keilmuan harus jelas dan memenuhi standar.
Berdasarkan bacaan dan referensi
yang saya dapatkan, banyak
kehawatiran menyangkut keilmuan di IAIN yang menurut beberapa kalangan
menganggap jika IAIN menjadi UIN, ilmu-ilmu agama akan luntur tergeser oleh
kurikulum baru dan ilmu-ilmu umum yang cenderung liberal. Justru inilah
keistimewaannya. Fakultas-fakultas lama seperti Syariah dan Ushuludin yang
keilmuannya sebagian besar tentang ilmu agama akan diintegrasikan dengan
fakultas-fakultas baru seperti Fakultas Humaniora, Fakultas Saintek maupun
Fakultas Ekonomi Islam yang memuat keilmuan-keilmuan baru. Disinilah akan
terjadi integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama. Yang secara harmonis akan
saling mengisi. Konsep ini telah diusung oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum yang dikenal dengan
“Integrasi-Interkoneksi” pada awal kepemimpinan Amin Abdullah. Bersamaan dengan
semua itu, tenaga pengajar atau dosen juga harus benar-benar mumpuni dan
berkompeten. Tidak hanya menguasai ilmu umum namun ia juga harus cakap dalam
penguasaan ilmu agama begitupun sebaliknya, walaupun pada dasarnya hanya salah
satu bidang keilmuan saja yang menjadi konsentrasinya. Akan tetapi, penting
bagi seorang pengajar memiliki wawasan yang luas.
Selain peningkatan mutu atau
standar mutu pendidikan sekaligus konsep keilmuan, IAIN yang sedang menempuh
proses konversi harus melakukan persiapan secara fisik, yakni pembangunan
gedung-gedung fakultas baru yang akan menunjang proses perkuliahan agar
memenuhi standar mutu pendidikan yang berkualitas. Inilah yang terjadi pada
IAIN Walisongo Semarang yang dalam beberapa tahun ini tengah melakukan banyak
pembangunan fisik, diantaranya pembangunan gedung fakultas baru. Selain
pembangunan gedung fakultas, juga harus dibarengi dengan pembangunan
fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan lainnya, seperti
pembangunan/pengembangan perpustakaan yang berisi sumber rujukan/referensi yang
lengkap, baik ilmu-ilmu agama maupun umum. Pembangunan laboratorium, masjid
kampus dan fasilitas penunjang lainnya baik fisik maupun non-fisik. Dan tentu
saja semua itu membutuhkan dana atau anggaran yang besar.
Dari semua hal diatas, tentunya
untuk mencapai itu semua diperlukan dukungan dari seluruh elemen baik
internal maupun eksternal. Segala sesuatu membutuhkan perubahan, tentu saja ke
arah yang lebih baik. Transformasi IAIN menjadi UIN bukan sesuatu yang harus
dihawatirkan, namun ini adalah awal dari sebuah kemajuan karena kualitas
pendidikannya semakin baik. Dan inilah integrasi keilmuan yang berjalan secara
harmonis dan saling mengisi.
0 comments:
Post a Comment